"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" [Surat Ar-Rahman : 13]

Jumat, 07 Maret 2014

Tingkatan Keimanan dalam Islam

         Khutbah sholat jum'at tadi siang terngiyang-ngiyang dalam pikiranku. Kandungan khutbah yang disampaikan oleh Ustadz Idris, yang sejak lama aku mengagumi akan ceramah-ceramahnya sangat membuatku menjadi gelisah dan harus mengintrospeksi diri dengan lebih. Bukan siapa yang berbicara tetapi bagaimana dan apa yang dibicarakan, tentu isi penyampaiannya sangat membuatku takut dan hampir mengangis atas semua amalanku yang sangat sedikit dan mungkin hanya sebesar debu di alam semesta.
         Dalam Khutbah jum'at yang terlalu singkat, Ustadz membahas tentang takwa, yang selalu diserukan oleh khotib dan merupakan rukun dalam khutbah jumat. Pada dasarnya islam itu memiliki tingkatan-tingkatan dalam hal keimanan. Beliau menyampaikan bahwa dalam suatu kitab yang dikarang oleh Ulama' Besar bahwa tingkatan terendah dalam islam adalah orang muslim, inilah yang membuatku kaget. Muslim adalah derajat terendah dari islam, seseorang dikatakan muslim jika dia bersyahadat (tauhid dan Rasul), mungkin masih dalam sebatas keimanan diucapkan dengan lisan dan diyakini dalam hati saja, tanpa mengamalkan dalam perbuatan atau mengamalkan dengan setengah-setengah. Dan seorang muslim dipastikan transit dulu sebelum masuk ke syurga. Kemudian tingkatan kedua yaitu mukmin yang tentu lebih dari muslim, dimana mereka mengamalkan sholat lebih tepat waktu dan tidak setengah-setengah. Tingkatan Ketiga adalah Muksin dengan mengamalkan lebih baik lagi dari mukmin. Selanjutnya tingkatan Mukhlish yaitu mereka yang mengerjakan amalan dengan ikhlas tanpa pamrih dan tidak riya' dalam membantu baik dalam segi sosial dengan manusia dan segi vertikal kepada Allah SWT. Dan tingkatan tertinggi adalah Muttaqin yaitu orang yang bertakwa kepada Allah dengan keikhlasan yang luar biasa.
         Apabila manusia pilihan terbaik adalah para nabi dan rasul, dimana Nabi memiliki sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah adalah muttaqin. Maka, seorang muttaqin akan selalu jujur dan benar, tidak akan pernah berani berbuat curang baik diketahui orang atau tidak karena didalam dirinya mengenal hal yang gaib dan percaya dengan yang ghaib, selalu menjaga amanah tidak akan pernah berkhianat terhadap siapapun dengan alasan yang tidak sesuai dengan syariat islam ( al-qur'an dan Hadist), meyampaikan dalam hal ini mereka para muttaqin memiliki jiwa sosial yang tinggi, tidak tanggung-tanggung dalam beramal, dan selalu mengajak dalam hal yang baik, santun dalam berdakwah, serta cerdas yaitu orang yang paling cerdas. Secerdas-cerdasnya manusia adalah yang paling baik dalam mempersiapkan kematian.
         Bagaimana kita sekarang ini, aku seperti apa kelak?, semoga Allah SWT memberikan pengetahuan, pengampunan, dan petunjuk dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Aamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar