"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" [Surat Ar-Rahman : 13]

Selasa, 13 Mei 2014

Rajab, Sya'ban dan Romadhon

        Hari ini, setelah menjelajahi toko buku togamas malang. Pacuan motor menerjang keramaian jalan dieng hingga semarang. Ku tuntut diriku dan teman boncengan untuk mempercepat gerak menuju tempat menimba ilmu. Sayang, kami tertinggal sholat berjamaah dhuhur di masjid itu. Sebagai seorang yang sudah tertinggal, bukan akibat kesengajaan, secepat kilat menuju tempat bersuci, ku basuh muka hingga kaki, tak hayal langkah kaki menuju tempat menghadap sang ilahi dengan penuh rasa senang didalam hati. Mengikuti jamaah sholat bagian kedua, sebagai seorang makmum masbuk dua rakaat tertinggal. Dalam wirid terdengar ceramah seorang ustadz yang sangat bijaksana dan halus tutur katanya. Subhanallah.
         Ceramah sang ustadz sungguh sangat menawan dan membuat hati ini sadar. Menatap jauh ke depan, menghadapi bulan penuh rahmat dan tantangan bulan suci umat islam, Ramadhan mubarok. Bagaimana kita menatap dan menghadapinya?. Dalam banyak surau, masjid, dan media terlantun do'a rasulullah untuk bulan rajab, sya'ban dan ramadhan.
          Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah, telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Umar dari Za`idah bin Abu Ar Ruqad dari Ziyad An Numairi dari Anas bin Malik, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Rajab, maka beliau mengatakan,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

“ALLAHUMMA BAARIK LANAA FII ROJAB WA SYA’BAN WA BALLIGHNAA ROMADHAN (Ya Allah, berkahilah kami di bulan rajab dan sya’ban, serta perjumpakanlah kami dengan bulan ramadhan)” Beliau bersabda,”Malam jum’at adalah mulia dan harinya terang benderang.”
          Dalam kultum tadi, ustadz mencoba memahami mengapa tiga bulan sekaligus yaitu bulan rajab, sya'ban dan ramadhan?. Ustadz mencoba menghubungkan dengan pemahaman tentang candi borobudur yang memiliki tiga tingkatan: kamadatu, rupadatu dan arupadatu, bukan berarti yang lain. 

         Didalam candi tersebut, istilah kamadatu (masih berhubungan dengan nafsu (seks)), rupadatu (masih memikirkan tentang hal-hal yang berupa materi ; jabatan, uang, dll), sedangkan tingkatan tertinggi yaitu arupadatu tidak memikirkan hal yang berupa, yaitu langsung karena Allah SWT.
        Diharapkan dalam, bulan rajab ini kita belajar untuk menghilangkan hal-hal yang berupa nafsu dengan berbagai cara misalnya: dengan puasa, bersedekah, membaca Al-Qur'an. Selanjutnya di bulan Sya'ban kita berusaha untuk menghilangkan hal-hal yang berwujud misalnya sholat karena jabatan, puasa karena hal lain selain Allah, dll. Dan pada saatnya yaitu Ramadhan kita dapat merasa senang dengan datangnya ramadhan dengan hanya mengharap rahmat dari Allah SWT.
        Semoga bermanfaat. Kebenaran hanya milik Allah SWT
          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar