Inilah
cerita dari ibu kedua anak ini, terlihat sang adik belum menunjukkan prestasi
kognitif disekolahnya jika dibandingkan dengan sang kakak yang selalu juara
kelas di setiap tahunnya, sedangkan sang adik hanya mampu berada dalam
peringkat terbaik tiga. Disisi lain sang adik memiliki kadar imajinatif dan
kekreatifan dalam bidang seni, gambar dan animasi bahkan sang adik memiliki
kemampuan IT yang lebih baik dan maju daripada sang kakak yang terlalu sibuk
dengan keahlihan kognitif saja. Namun, keduanya memiliki kemampuan yang hampir
setara dalam bidang keagamaan baik tilawah maupun kegiatan lainnya. Inilah yang
membuat ibunya merasa bangga.
Secara
kasar dari sudut pandang orang awam, terlihat sang adik adalah sosok pendiam,
pemalu dan kurang percaya diri. Sedangkan sang kakak terlihat sumringah dan
sangat aktif ketika diajak belajar dan suka dan berani bertanya saat ada
sesuatu yang belum ia pahami, inilah yang membuatku sangat senang, mempunyai
dua orang murid yang memiliki karakter berbeda dan kedua-duanya harus bisa aku
ajari dengan baik dan seimbang tanpa ada urusan pilih-pilih dan hanya
menekankan aspek kognitif saja.
Sang
adik ternyata memiliki pengalaman pahit, ketika berada di sekolah dengan
karakter guru yang selalu membanding-bandingkan. Ini adalah sebuah saran kepada
guru agar jangan berbicara dan mengatakan sesuatu yang dapat menyakiti dan
membuat pola pikir siswa berubah, ingat bahwa guru itu adalah penguasa saat
siswa berada didalam kelas, ini tidaklah mudah, bahkan sangat sulit untuk
dikerjakan. Sang adik merupakan anak yang sebenarnya belum cukup umur untuk
memasuki dunia sekolahnya sekarang, masih kecil untuk masuk jenjang MTs
sehingga, membuatnya lebih suka bermain dan mencari sensasi lain bergantung
pada bakat dan minatnya. Sang guru membandingkan didepan dirinya dengan
kakaknya, kok adik sama kakaknya bisa berbeda gini. Inilah kata-kata yang harus
direm oleh guru.
Perkatakan
dari orang dewasa pasti akan mempengaruhi pemikiran anak kecil baik besar
maupun kecil pengaruhnya. Mungkin akan lebih baik kita mengarahkan dan
memberikan penguatan positif kepada anak itu, bukan membandingkan atau dengan
kata lain penguatan negatif dalam arti pemberian hukuman berupa cemohan
tersebut.
Seorang
guru pada umumnya harus menguasai berbagai segi kemampuan yang meliputi
kemampuan penguasaan materi yang optimal sesuai bidangnya, kemampuan menguasai
dan mengelola kelas, psikologi peserta didik dan kemampuan IT yang mumpuni.
Dari keempat kemampuan dasar tersebut kemampuan penguasaan yang ketigalah yang
mungkin paling sulit karena tidak hanya dipelajari dan pelaksanaan atau praktek
sekali sudah bisa tetapi butuh proses yang panjang dan butuh kesabaran dan
keuletan untuk mengoptimalkan kemampuan tersebut. Bahkan kemampuan itu akan
tampak setelah seorang guru menginjak tua (guru senior), sehingga perlu latihan
dan latihan, mengerem nafsu dan meningkatkan logika berfikir kompleks.
Sebagai
penguat pentingnya penguatan positif adalah siswa yang pandai berasal dari guru
yang piawai. Tidak ada siswa yang pintar karena diri sendiri dan tiada guru
yang disegani karena kepintarannya melainkan disegani karena kepiawaiannya
memperlakuakan siswa untuk selalu semangat belajar dan memfasilitasi siswa
untuk terus belajar ( teacher as motivator and fasilitator).
Semoga bermanfaat J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar