"Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" [Surat Ar-Rahman : 13]

Selasa, 26 November 2013

Psikologi Anak

         
           Hanya ingin bercerita sedikit tentang sebuah pengalaman yang mungkin sederhana tetapi saya rasa cukup baik untuk didengarkan. Berawal dari permasalahan nyata berupa perbedaan antara adik dan kakak yang memiliki kemampuan berbeda, hampir dari berbagai sisi, yaitu kognitif, psikomotor dan bakat minat. Sang kakak memiliki kemampuan kognitif yang mungkin lebih baik daripada sang adik, tetapi disisi lain sang adik memiliki segi kekreatifan lebih daripada kakaknya.
          Inilah cerita dari ibu kedua anak ini, terlihat sang adik belum menunjukkan prestasi kognitif disekolahnya jika dibandingkan dengan sang kakak yang selalu juara kelas di setiap tahunnya, sedangkan sang adik hanya mampu berada dalam peringkat terbaik tiga. Disisi lain sang adik memiliki kadar imajinatif dan kekreatifan dalam bidang seni, gambar dan animasi bahkan sang adik memiliki kemampuan IT yang lebih baik dan maju daripada sang kakak yang terlalu sibuk dengan keahlihan kognitif saja. Namun, keduanya memiliki kemampuan yang hampir setara dalam bidang keagamaan baik tilawah maupun kegiatan lainnya. Inilah yang membuat ibunya merasa bangga.

          Secara kasar dari sudut pandang orang awam, terlihat sang adik adalah sosok pendiam, pemalu dan kurang percaya diri. Sedangkan sang kakak terlihat sumringah dan sangat aktif ketika diajak belajar dan suka dan berani bertanya saat ada sesuatu yang belum ia pahami, inilah yang membuatku sangat senang, mempunyai dua orang murid yang memiliki karakter berbeda dan kedua-duanya harus bisa aku ajari dengan baik dan seimbang tanpa ada urusan pilih-pilih dan hanya menekankan aspek kognitif saja.
          Sang adik ternyata memiliki pengalaman pahit, ketika berada di sekolah dengan karakter guru yang selalu membanding-bandingkan. Ini adalah sebuah saran kepada guru agar jangan berbicara dan mengatakan sesuatu yang dapat menyakiti dan membuat pola pikir siswa berubah, ingat bahwa guru itu adalah penguasa saat siswa berada didalam kelas, ini tidaklah mudah, bahkan sangat sulit untuk dikerjakan. Sang adik merupakan anak yang sebenarnya belum cukup umur untuk memasuki dunia sekolahnya sekarang, masih kecil untuk masuk jenjang MTs sehingga, membuatnya lebih suka bermain dan mencari sensasi lain bergantung pada bakat dan minatnya. Sang guru membandingkan didepan dirinya dengan kakaknya, kok adik sama kakaknya bisa berbeda gini. Inilah kata-kata yang harus direm oleh guru.
          Perkatakan dari orang dewasa pasti akan mempengaruhi pemikiran anak kecil baik besar maupun kecil pengaruhnya. Mungkin akan lebih baik kita mengarahkan dan memberikan penguatan positif kepada anak itu, bukan membandingkan atau dengan kata lain penguatan negatif dalam arti pemberian hukuman berupa cemohan tersebut.
          Seorang guru pada umumnya harus menguasai berbagai segi kemampuan yang meliputi kemampuan penguasaan materi yang optimal sesuai bidangnya, kemampuan menguasai dan mengelola kelas, psikologi peserta didik dan kemampuan IT yang mumpuni. Dari keempat kemampuan dasar tersebut kemampuan penguasaan yang ketigalah yang mungkin paling sulit karena tidak hanya dipelajari dan pelaksanaan atau praktek sekali sudah bisa tetapi butuh proses yang panjang dan butuh kesabaran dan keuletan untuk mengoptimalkan kemampuan tersebut. Bahkan kemampuan itu akan tampak setelah seorang guru menginjak tua (guru senior), sehingga perlu latihan dan latihan, mengerem nafsu dan meningkatkan logika berfikir kompleks.
          Sebagai penguat pentingnya penguatan positif adalah siswa yang pandai berasal dari guru yang piawai. Tidak ada siswa yang pintar karena diri sendiri dan tiada guru yang disegani karena kepintarannya melainkan disegani karena kepiawaiannya memperlakuakan siswa untuk selalu semangat belajar dan memfasilitasi siswa untuk terus belajar ( teacher as motivator and fasilitator).

Semoga bermanfaat J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar