Mataku
terpejam, terkekang tak bisa memandang dalam. Kepalaku pusing tujuh keliling,
seakan tak ada ruangan kosong yang tenang. Tubuhku diam seribu kata tak berdaya
oleh pikiran yang selalu terngiyang-ngiyang, entah apa yang sedang aku pikirkan
saat ini, seakan-akan otak seukuran kelapa muda ini tidak muat untuk
menampungnya. Jemari-jemari tangan kupaksakan untuk menuliskan pikiran yang
ada, mungkin biar otak ini lebih ringan.
Hari
ini adalah hari yang membuat aku merasa sangat bodoh, [1]bagaimana
tidak aku banyak membuang kesempatan. Hari ini aku gagal menerima beasiswa yang
aku idam-idamkan. Meskipun aku sudah berikhtiar semaksimal mungkin, berdo’a
semampuku, namun entah mengapa, rejeki itu enggan mendekatiku. Ku tak dapat
menerima itu, pikiranku berfikir “ Allah tidak adil, it’s not fair to me,
haruskah ini terjadi padaku setelah aku berjuang mati-matian?”, namun hal itu
segera ditentang oleh hati sanubariku “ inilah yang namanya takdir, semua itu
ada hikmahnya, mungkin sekarang bukan rejekimu, karena Allah akan mempersiapkan
dirimu untuk yang lain !”. Tubuhku terdiam, batinku semakin tenang, pikiran
kotorku semakin hilang, dan jantungku berdetak kencang.
Tiba-tiba
adzan subuh menyadarkanku didalam renunganku. Seakan-akan kaki ini, tangan ini,
dan tubuh ini enggan untuk berbuat baik setelah berita buruk tadi
menghampiriku. Akan tetapi malaikat hatiku selalu menasehatiku untuk selalu
bersabar, dan berpasrah diri pada Allah sang penguasa alam semesta. Hatiku
kembali mengalami kebimbangan dan lagi-lagi akal sanubari hatiku menasehatinya.
Ku
paksakan tubuh ini untuk berjalan menuju kamar mandi untuk wudhu, meski
pikiran, dan hati masih saling berkelahi akan masalah ini. Ku langkahkan kaki
ini menuju masjid agar semakin tenang pikiran ini. Namun, apa daya perkelahian
itu masih tetap terjadi. Ku kuatkan imanku, ku serahkan semuanya, ku memohon
pada-Nya. Ku kerjakan sholat dua rakaat, memohon ketabahan hati ini agar tetap
bersih dan suci menghadap sang Ilahi.
Selesai
jama’ah sholat subuh, ku langkahkan kaki ini pulang ke rumah. Aku ingin
melupakan segalanya tentang hal itu, ku coba dengan membaca buku tapi tak jadi,
ku coba membuka netbook tapi tak kuat, mengapa pikiran itu masih menghantui.
Mungkin karena aku masih kuliah, sebagai mahasiswa pasti menginginkan hal yang
terbaik demi pendidikanku. Tapi sudahlah ini hanya membuatku pusing. Ku
rebahkan tubuh ini diatas kasur kapuk tebal dengan balutan sprei biru laut
bercorak bunga, ku letakkan kepalaku diatas bantal lembut berbalut kain sarung.
Tiada hitungan menit mataku sudah terpejam, tak disangka ternyata aku bermimpi
bahwa pengumuman yang terpampang di website masih ada yang salah, dan namaku
tercantum didalamnya, aku sangat gembira. Tiba-tiba HP ku berdering, dan akupun
terbangun dari tidurku. Astaufirullahaladzim, ini hanya mimpi.
Ya,
Allah berikanlah hambamu ini kekuatan dan kesabaran. Aku yakin rencana-Mu akan
jauh lebih baik dari apa yang aku pikirkan sekarang. Bismillah[2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar